Nama:budi iswanto
Npm :12330014
Pendidikan fisika
Permainan
tradisional
Bebentengan
Bebentengan, salah satu permainan tradisional ini dulu sangat diminati
oleh anak-anak untuk mengisi waktu libur atau hanya sekadar menghilangkan rasa
penat. Bebentengan, di beberapa daerah sering kali dikenal sebagai rerebonan di
daerah Jawa Barat, sedangkan di daerah lain juga dikenal dengan nama
prisprisan, omer, jek-jekan. Bebentengan sendiri berasal dari kata benteng atau
pertahanan. Kata bebentengan adalah Dwipurwa (pengulangan suku kata pertama)
dengan memakai akhiran an yang artinya
menyerupai atau berbuat seperti atau bukan sebenarnya. Permainan bebentengan
mempunyai relevansi dengan kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman penjajahan
Belanda dahulu. Pertahanan Indonesia terhadap Belanda menggunakan benteng yang
akhirnya benteng tersebut dianalogikan terhadap kehidupan anak-anak lalu
lahirlah istilah bebentengan untuk sebutan permainan tradisional ini. Menurut
Yayat Sudaryat, Guru Besar Sastra Universitas Pasundan Bandung mengatakan bahwa
permainan bebentengan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dahulu.
“Bebentengan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dahulu. Jika
bebentengan pada zaman itu sebagai strategi pertahanan Indonesia terhadap
gempuran penjajah Belanda, maka pada zaman sekarang bebentengan sebagai
permainan yang maksud permainannya tak jauh beda dengan zaman dahulu, yaitu
mempertahankan pertahanan dari serangan musuh,” jelas Yayat.
Persiapan
Awal mula
permainan ini ialah anak-anak yang akan ikut bermain berkumpul di lapangan atau
tanah kosong yang cukup luas, kira-kira seluas lapangan bulu tangkis. Kemudian
anak-anak yang akan ikut bermain dibagi menjadi dua kelompok yang sama rata,
bila kelompok pertama berjumlah empat orang maka kelompok kedua juga berjumlah
empat orang. Biasanya pembagian kelompoknya dibagi dengan cara suit atau pun
hom pim pah.
Peralatan
Pada
permainan bebentengan ini para pemain tidak memerlukan alat-alat khusus, cukup
lahan kosong untuk menjadi pijakan dan batas antara kedua kubu kelompok
masing-masing. Kedua kelompok membuat markas bebentengannya saling berjauhan,
biasanya di sudut lapangan. Misalnya kelompok pertama di sudut barat maka
kelompok yang kedua di sudut timur.
Peraturan
Setiap
personil pada kedua kubu harus menyentuh benteng. Hal ini menandakan bahwa
status personil tersebut adalah baru. Kalau dia agak lama tidak menyentuh
benteng, maka status personil tersebut akan disebut lamo. Personil yang
berstatus lamo, dapat dikejar, diburu, dan ditawan oleh personil dari benteng
lawan yang berstatus baru. Jika seorang lamo sedang berada atau berlari di luar
benteng dapat menjadi tawanan lawan jika disentuh oleh personil dari benteng
lawan yang berstatus baru.
Personil
yang menjadi tawanan akan berdiri bergandengan di dekat benteng lawan yang
menawannya. Para tawanan tidak dapat lagi bebas memburu atau menyerang sampai
mereka dapat dibebaskan. Para tawanan dapat dibebaskan oleh teman dari
bentengnya dengan cara menyentuh teman-temannya yang menjadi tawanan tersebut.
Permainan
Awal mula
permainan ini dimulai dengan majunya atau menyerangnya dari salah satu personil
tiap kubu salah satu benteng untuk menantang musuh permainannya. Personil dari
lawan mainnya kemudian balik menyerang dan mengejar musuhnya. Dari sana para
pemain yang maju saling mengejar dan menghindar satu sama lainnya. Jika seorang
lamo yang maju kemudian ditangkap atau disentuh oleh lawan mainnya maka dia
menjadi tawanan musuhnya.
Seorang
lamo berusaha mengejar dan menghindar dari lawan mainnya supaya tak jadi
tawanan musuhnya dan para personil yang berada pada markas bentengnya dapat
bergantian secara bergiliran untuk maju menyerang musuhnya. Demikian seterusnya
sehingga terjadi saling kejar mengejar antar personil kedua benteng.
Pada sela-sela permainan sering terjadi
kehabisan personil karena ditawan dan bentengnya dikepung oleh lawannya. Lawan
pengepung ini dapat membebaskan teman-temannya yang juga menjadi tawanan dan
dijaga oleh personil di benteng lawannya. Setelah dibebaskan, para mantan
tawanan ini dapat turut mengepung benteng lawannya. Sisa personil dari benteng
yang terkepung dapat mengejar para pengepung yang berstatus lamo untuk
mempertahankan bentengnya, atau balik mengirim penyerang ke benteng pengepung
jika benteng para pengepung tidak menjaganya.
Akhir Permainan
Satu kelompok dapat memengankan permainan jika salah satu personil
mereka dapat menyentuh benteng lawan tanpa disentuh oleh lawan yang
mempertahankan benteng yang diserang tersebut. Setelah ada yang menang dan
kalah, maka permainan selesai dan dapat dimulai kembali permainan bebentengan
tersebut dari awal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar